Rabu, 05 September 2018

Kejayaan Agroindustri Sebagai Ujung Tombak Kebangkitan Bangsa

2.1 Perkembangan Agroindustri di Indonesia pada masa Orde Baru hingga 2012
Industri di Indonesia mulai mengalami pembangunan pada masa Pelita II
yang dilaksanakan pada tanggal 1 April 1974 hingga 31 Maret 1979. Sasaran
utamanya adalah tersedianya pangan, sandang, perumahan, sarana serta prasarana,
mensejahterakan rakyat dan memperluas lapangan pekerjaan. Dimana pada masa
ini pertumbuhan ekonomi mampu meningkat mencapai 7% per tahun. 1
Dengan menitik beratkan pertumbuhan pada sektor industri dan pertanian,
Pelita IV yang dilaksanakan pada 1 April 1989 hingga 31 Marer 1994 Indonesia
mulai menuju swasembada pangan dan meningkatkan industri yang dapat
menghasilkan mesin industri sendiri.

Hingga dinyatakan pada pelita V
pertumbuhan ekonomi rata-rata Indonesia adalah 6,8% per tahun yang mana
dinyatakan Indonesia memiliki kondisi ekonomi yang cukup baik.
Adanya krisis moneter yang melanda negara-negara Asia Tenggara
termasuk Indonesia dan permasalahan politik yang terjadi mengakibatkan
terganggunya perekonomian dan menyebabkan rezim Orde Baru runtuh.
Dalam rangka perjalanan perekonomian Indonesia pada masa Pelita I
hingga VI dianggap tidak berimbang. Sektor industri memang mampu
menyumbang Produk Domestik Bruto yang relatif besar, namun tidak diikuti
dengan peningkatan penyerapan tenaga kerja yang seimbang, sehingga terjadi
ketimpangan produktivitas tenaga kerja.2
Pengembangan Agroindustri belum mencapai sasaran yang diharapkan
sejak Pelita II, pada masa kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
mencanangkan progam Revitalisasi Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan
(RPPK).

2.2 Perkembangan Agroindustri di Indonesia pada tahun 2012-2016

Sejak tahun 2012 hingga 2015, pertumbuhan ekonomi di Indonesia
berjalan lambat. Pertumbuhan ekonomi yang awalnya sebesar 6,03 persen terus
turun di tahun 2013 sampai 2015 hingga 4,88 persen. Pada tahun 2016 mengalami
kenaikan menjadi 5,02 persen. Namun kenaikan di tahun 2016 berbanding terbalik
dengan pertumbuhan sektor pertanian yang justru menurun sebesar 3,25 persen.


Begitu pula yang terjadi di sektor penyerapan tenaga kerja di bidang 
pertanian, tenaga kerja sektor pertanian menunjukan tren yang terus menurun dari 
periode 2012 hingga 2016 dengan sektor pertanian masih menggunakan 
penyerapan tenaga kerja dengan berpendidikan SMP kebawah terbanyak 
dibanding sektor lain. Begitu pula yang terjadi di sektor penyerapan tenaga kerja di bidang 
pertanian, tenaga kerja sektor pertanian menunjukan tren yang terus menurun dari 
periode 2012 hingga 2016 dengan sektor pertanian masih menggunakan 
penyerapan tenaga kerja dengan berpendidikan SMP kebawah terbanyak 
dibanding sektor lain. 

Penurunan tenaga kerja sektor pertanian disebabkan oleh faktor antara 
lain, rendahnya upah untuk pekerja, lahan pertanian yang semakin menurun, 
investor yang kurang tertarik berinvestasi di sektor pertanian dan yang paling 
penting adalah rendahnya minat masyarakat untuk terjun di bidang pertanian. 

Komoditas ekspor pertanian Indonesia yang paling banyak diminati antara 
lain; kelapa sawit, rempah-rempah, kakao, karet, kopi dan udang. Sementara itu, 
selama periode ini impor yang paling banyak dilakukan ialah dalam sektor 
kebutuhan pangan. Hal ini terjadi karena kebutuhan pangan dan industri yang 
meningkat namun dalam negri tidak bisa mencukupinya. Alangkah baiknya bila 
ditingkatkannya mutu yang digunakan untuk ekspor. Bukan hanya mengirim 
dalam kondisi bahan mentah namun dalam bentuk hasil pengolahan dengan nilai 
jual yang lebih tinggi. Serta diimbangi penekanan dan pengketatan impor agar 
lebih mengoptimalkan minat terhadap hasil pertanian dalam negeri. 
2.3 Peluang dan Kendala Pengembangan Agroindustri di Indonesia
Peluang Agroindustri dapat dilihat dari sisi permintaan terhadap produk 
agroindustri dan dari sisi penawaran bahan baku dan tenaga kerja Indonesia. 
Produksi pada beberapa sektor Agrokomplek di Indonesia yang 
mengalami peningkatan di akhir 2017, seperti Padi yang naik 2 juta ton produksi,
pertanian tanaman biofarmaka serta produksi susu yang mengalami signifikan 
terhadap tahun 2016 dan 2017, mampu dijadikan motivasi untuk 
mengembangkan agroindustri di Indonesia. 



Tingginya hasil produksi harus diimbangi dengan adanya perkembangan 
permintaan konsumen. Indonesia dengan penduduk yang melimpah diharapkan 
mampu meningkatkan permintaan terhadap produksi agrokomplek dalam negeri.
Dengan Indonesia mampu terus meningkatkan angka ekspor produknya dan 
menekan impor pada bahan agrokomplek.

Jumlah tenaga kerja yang melimpah di sektor agroindustri yang
memungkinkan terbuka banyaknya lapangan kerja baru di Indonesia mampu
mengurangi angka pengangguran serta meningkatkan hasil produksi.

16
Perkembangan terus menerus dibidang teknologi dan pertanian yang 
nantinya akan memaksimalkan hasil produksi bukan hanya menghasilkan bahan 
mentah namun juga bahan jadi yang telah diolah agar mampu menaikan nilai jual 
pada bahan tersebut. Serta mengembangkan berbagai varietas di sektor 
agrokomplek agar meningkatkan ketertarikan konsumen terhadap hasil 
agroindustri Indonesia.
Tantangan serta kelemahan perkembangan agroindustri Indonesia
Berdasarkan input 5M beberapa permasalahan umum dalam 
pengembangan agroindustri yaitu: (1)machine: sifat produk pertanian yang mudah 
rusak dan tidak tahan lama sehingga memerlukan teknologi pengemasan dan 
sarana transportasi yang mampu mengatasi masalah tersebut, (2)materials: 
menurut Deperindag (2000 dan 2005)3
, bahan baku yang berupa komoditi 
pertanian belum dapat mencukupi kebutuhan industri pengolahan secara 
berkesinambungan, (3)man; kemampuan Sumberdaya Manusia (SDM) yang 
terbatas dalam penguasaan manajemen dan teknologi menyebabkan ketimpangan 

di bidang industri, (4)money; Lembaga keuangan masih menerapkan prefensi 
suku bunga yang sama antara sektor pertanian, kehutan, industri dan jasa sehingga 
kurang adanya celah gerak bagi investor untuk berinvestasi dibidang agroindustri, 
(5)method: sama rata antara kebijakan pembangunan regional dan sektoral yang 
tidak memperhatikan keberagaman masing-masing wilayah.

2.4 Peran lulusan sarjana prodi Teknologi Industri Pertanian menjawab peluang dan 
tantangan yang ada

Dilihat dari data statistik pada tahun 2012 hingga 2016 penyumbang dalam 
tenaga pertanian adalah lulusan S1, yang mana artinya lulusan sarjana prodi 
Teknologi Industri Pertanian berperan penting dala perkembangan Agroindustri. 
Dari segi kendala materials yang mana bahan baku pertanian belum dapat 
mencukupi kebutuhan industri pengolahan secara berkesinambungan , lulusan 
sarjana prodi Teknologi Industri Pertanian harus bisa mengatasinya dengan sistem 
pengaturan jadwal tanam dan produksi yang baik. Dari segi machine, walaupun 
bahan baku pertanian yang bersifat rapuh atau mudah rusak, harus bisa 
ditanggulangi dengan cara pengemasan dan pengiriman bahan yang baik. 
Nantinya bukan hanya menjaga kualitas bahan namun juga meningkatkan nilai 
jual dan ketertarikan konsumen. Begitu pula kendala dari segi man, money dan 
method, tidak ada lagi alasan kekurangan kualitas SDM di bidang pertanian, 
karena lulusan sarjana Teknologi Industri Pertanian telah dibekali pengetahuan 
dan keterampilan yang mumpuni untuk mengolah sektor agroindustri di Indonesia.


0 komentar:

Posting Komentar

 

Menulis Itu Baik Template by Ipietoon Cute Blog Design